ANALISIS WACANA KRITIS PEMBERITAAN PADA SURAT KABAR HARIAN ANALISA
DAILY
(Studi Deskriptif Kualitatif Pemberitaan Pergaulan Bebas Remaja Akibat Tekanan Orangtua Tanggal 15 April 2016 )
Lathifatul Fuadah (dindah369@gmail.com) 081230376664
Abstrak
Di Indonesia, terutama di kota – kota besar perilaku pergaulan
bebas pada remaja semakin meningkat. Akibat dari perilaku tersebut adalah
kehamilan di luar nikah, pemerkosaan, merebaknya pelacuran di kalangan remaja,
aborsi, penyakit menular seksual, pelecehan seksual dan penyimpangan –
penyimpangan seksual serta pemakaian narkoba pada kalangan remaja. Ada banyak
yang melatarbelakangi pergaulan bebas pada remaja, kurang berkualitasnya
komunikasi antara orangtua dan anak serta adanya tekanan yang diberikan kepada
anak oleh orangtua. Dengan demikian,
tujuan penelitian ini mendeskripsikan wacana artikel dengan tema pergaulan
bebas. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data dalam
penelitian ini adalah artikel-artikel dengan tema pergaulan bebas di harian.analisadaily.com.
teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik dokumentasi. Teknik analisi
digunakan teknik analisis induktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
secara linguistik formalistk ditinjau dari kohesi, subtitusi, elipsis, repetisi,
sinonim, given dan new information dan genre dapat disimpulkan bahwa
artikel-artikel tersebut masuk dalam kategori wacana yang bagus karena
kesesuaian unsur-unsur tata bahasa yang ada di dalamnya. Kajian wacana kritis
ditinjau dari ideologi yang ingin disampaikan penulis, hegemoni, marginalisasi,
dan tindakan diharapkan dapat memberikan saran bagi pembaca untuk bersikap
kritis terhadap segala informasi yang diterima. Selain itu berdasarkan analisis
wacana kritis terdapat nilai kreatif dan tanggung jawab.
Kata
kunci : pergaulan bebas, wacana kritis.
Abstract
In Indonesia, especially in big
cities the behavior of free association in adolescents is increasing. The
consequences of such behavior are extramarital pregnancies, rape, prostitution
among adolescents, abortion, sexually transmitted diseases, sexual harassment
and irregularities - sexual deviance and drug use among adolescents. There are
many underlying promiscuity in adolescents, poor quality communication between
parent and child and the pressure given to the child by the parents. Thus, the
purpose of this study describes the discourse of articles with the theme of
promiscuity. The method used is descriptive qualitative. The data in this study
are articles with the theme of free association in daily.analisadaily.com. Data
collection techniques using documentation techniques. Analytical technique used
inductive analysis technique. The results of this study indicate that the
formalistk linguistic in terms of cohesion, substitution, ellipsis, repetition,
synonyms, given and new information and genre can be concluded that the
articles fall into the category of good discourse because of the suitability of
the elements of grammar in it . Critical discourse review in terms of the
ideology to be conveyed author, hegemony, marginalization, and action is
expected to provide advice for readers to be critical of any information
received. In addition, based on critical discourse analysis, there are creative
values and responsibilities.
Pendahuluan
Masa remaja ialah suatu waktu kritis untuk pambanguunan akhlak,
nilai-nilai, dan kebiasaan yang hanya akan dirasakan satu kali seumur hidupnya
untuk dituntut menjadi kader yang dihadapkan padatantangan global. Namun yang
terjadi pada remaja saat ini ialah maraknya kasus-kasus perilaku seks bebas
yang mengaklibatkan kehamilan di luar nikah, pemerkosaan, merebaknya pelacuran
dikangan remaja, aborsi, penyakit menualar seksual, pelecehan seksual dan
penyimpangan-penyimpangan seksual (sukri, dalam Mukti et al:2005)
Kajian Pustaka
Teori Kognisi Sosial Teun A. Van Djik
Dari begitu banyak model analisis
wacana yang diintoduksikan dan dikembangkan oleh beberapa ahli, model van Dijk
adalah model yang paling banyak dipakai. Hal ini mungkin disebabkan karena van
Dijk menformulasikan elemen-elemen wacana, sehingga bisa dipakai secara
praktis. Model yang dipakai oleh van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi
sosial” (Eriyanto 2001:221). Dalam buku Eriyanto, Van Dijk melihat bagaimana
struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan
bagaimana kognisi/ pikiran dan kesadaran membentuk dan berpengaruh terhadap
teks tertentu. Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/
bangunan : teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis van Dijk
adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan
analisis. Dalam dimensi teks yang pertama, yang diteliti adalah bagaimana
struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema
tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang
melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari
bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Ketiga
dimensi ini merupakan bagian yang integral dan dilakukan secara bersama-sama
dalam analisis Van Dijk (Eriyanto 2001:225).
Ø Teks
Van Dijk membagi struktur teks ke
dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna
global/ umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema
yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini
merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka atau skema suatu
teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh.
Ketiga,struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari
bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, parafrase dan lain-lain.
Meskipun terdiri atas berbagai
elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan
mendukung satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks (tema) didukung oleh
kerangka teks dan baru kemudian pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Kita
bisa membuat pemberitaan tentang demonstrasi mahasiswa terhadap isu kenaikan
BBM. Misalnya, Koran A mengatakan bahwa aksi ini terjadi karena kekecewaan
mahasiswa dan masyarakat terhadap kenaikan harga BBM semata tanpa ada motif
atau tuntutan yang lain.
Tema ini akan didukung dengan
skematik tertentu. Misalnya dengan menyusun cerita yang mendukung gagasan
tersebut. Media tersebut juga akan menutupi fakta tertentu dan hanya akan
menjelaskan peristiwa itu semata pada masalah BBM. Pada tingkat yang lebih
rendah, akan dijumpai pemakaian kata-kata yang menunjuk dan memperkuat pesan
bahwa demonstrasi tersebut semata kasus kenaikan harga. Semua teks dipandang
van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat sebagai sebuah piramida.
Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat, dan proposisi yang
dipakai. Pernyataan atau tema pada level umum didukung oleh pilihan kata,
kalimat, atau retorika tertentu. Pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorika
tertentu oleh media dipahami van Dijk sebagai bagian dari strategi wartawan.
1.
Struktrur makro (thematic structure)
Struktur makro merupakan makna
global sebuh teks yang dapat dipahami melalui topiknya. Topik direpresentasikan
ke dalam suatu atau beberapa kalimat yang merupakan gagasan utama/ide pokok
wacana. Topik juga dikatakan sebagai “semantic macrostructure” (van Dijk,
1985:69). Makrostruktur ini dikatakan sebagai semantik karena ketika kita
berbicara tentang topik atau tema dalam sebuah teks, kita akan berhadapan
dengan makna dan refrensi.
2.
Superstruktur (superstructure)
Superstruktur
merupakan struktur yang digunakan untuk mendeskripsikan sehemata, di mana
keseluruhan topik atau isi global berita diselipkan. Superstruktur ini
mengorganisikan topik dengan cara menyusun kalimat atau unit-unit beritanya
berdasarkan urutan atau hiraki yang diinginkan. Teks atau wacana umumnya
mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut
menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga
membentuk kesatuan arti. Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam,
berita umumnya mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang
biasanya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead. Elemen skema ini
merupakan elemen yang dipandang paling penting. Judul umumnya menunjukkan tema
yang ingin ditampilkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Lead umumnya sebagai
pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi berita
secara lengkap. Kedua, story yakni isi berita secara
keseluruhan. Isi berita ini juga mempunyai dua subkategori. Yang pertama berupa
situasi yakni proses atau jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang
ditampilkan dalam teks.
3. Struktur
Mikro
Struktur mikro adalah struktur
wacana itu sendiri yang terdiri atas beberapa elemen, yaitu:
1) Elemen
sintaksis
Elemen sintaksis merupakan salah
satu elemen penting yang dimaanfaatkan untuk mengimplikasikan ideologi. Dengan
kata lain, melalui struktur sintaksis tertentu, pembaca dapat menangkap maksud
yang ada dibalik kalimat-kalimat dalam berita. Melalui struktur sintaksis,
wartawan dapat menggambarkan aktor atau peristiwa tertentu secara negafit
maupun posifit.
a. Koherensi
Koherensi adalah pertalian atau
jalinan antarakata, atau kalimat dalam teks, Dua buah kalimat yang
menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren.
b. Koherensi
Kondisional
Koherensi Kondisianal diantaranya
ditandai dengan pemakian anak kalimat sebagai penjelas. Di sini ada dua
kalimat,di mana kalimat kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi
pertama, yang dihubungkan dengan kata hubung konjungsi, seperti “yang” atau
“dimana”. Kalimat kedua fungsinya hanya sebagai penjelas (anak kalimat),
sehingga ada atau tidak anak kalimat itu,tidak akan mengurangi arti kalimat.
Anak kalimat itu menjadi cermin kepentingam komunikator karena ia dapat memberi
keterangan yang baik/buruk terhadap suatu pertanyaan.
c. Koherensi
pembeda
Jika koherensi kondisional
berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa dihubungkan/dijelaskan.
Koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan, bagaimana dua buah peristiwa
atau fakta itu hendak dibedakan.
d. Pengingkaran
Elemen wacana pengingkaran adalah
bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagai mana wartawan menyembunyikan apa
yang anggin diekpresikan secara amplisit. Penginakaran ini menunjukkan seolah
wartawan menyetujui sesuatu, pahal ia tidak setuju dengan memberikan
argumentasi atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut.
e. Bentuk kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis
yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Di mana ia
menyatakan apakah A yang menjelaskan B, atau B yang menjelaskan A. Logika
kausalitas ini jika diperjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan objek
(diterangkan) dan predikat (menerangkan). Bentuk lain adalah dengan pemakian
urutan kata-kata yang mempunyai dua fungsi sekaligus. Pertam, menekankan atau
menghilangkan dengan penempatan dan pemakian kata atau frase yang mencolok
dengan menggunakan pemakian semantik. Yang juga penting dalam sintaksis selain
bentuk kalimat adalah posisi proposisi dalam kalimat. Bagaiman
proposisi-proposisi diatur dalam satu rangkaian kalimat. Termasuk ke dalam
bagian bentuk kalimat ini adalah apakah berita itu memakai bentuk deduktif atau
indukfit. Dedukfit adalah bentuk penulisan kalimat dimana inti kalimat (umum)
ditempatkan di bagian mukak, kemudian disusul dengan keterangan tambahan
(khusus). Sebaliknya, bentuk induktif adalah bentuk penulisan di mana inti
kilimat ditempatkan di akhir setelah keterangan tambahan.
f. Kata
Ganti
Elemen kata ganti merupakan elemen
untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imanjinatif. Kata
ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menujukkan di mana
posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseoarang dapat
menggunakan “kami” atau “saya” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut
merupakan sikap resmi komunikator. Namun, ketika menggunakan kata ganti “kita”,
sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas
tersebut. pemakian kata ganti yang jamak seperti “kita” (atau“kami”)
2) Elemen
Semantik (makna lokal)
Elemen semantik ini sangat erat
hubunganya dengan elemen leksikon dan sintaksis sebab penggunaan leksikon dan
struktur sintaksis tertentu dalam berita dapat memunculkan makna tertentu.
Berikut ini adalah unsur-unsur wacana yang tergolong ke dalam elemen semantik.
1. Latar
Latar merupakan bagian berita yang
dapat mengpengaruhi semantik (arti) yang inggin ditampilkan. Latar dapat
menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks (Eriyanto,
2006.235). oleh karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena
dapat membongkar apa maksud yang inggin disampaikan oleh wartawan. Latar
peristiwa itu dipakai untuk menyediakan dasar hendak ke mana teks dibawah.
2. Detil
Elemen wacana detil berhunungan
dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang (Eriyanto, 2006: 238).
Detil yang lengkap dan panjang merupakan penonjolan yang dilakukan secara
sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak. Detil yang lengkap
itu akan dihilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang menyangkut kelemahan
atau kegagalan komunikator.
3. Maksud
Elemen wacana maksud hampir sama
dengan detil, hanya saja elemen maksud meliat informasi yang menguntungkan
komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi
yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi.
4. Pranggapan
Elemen wacana pranggapan merupakan
pertanyaan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pranggapan adalah
upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya.
Pranggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidk
perlu dipertanyakan.
3) Elemen
leksikon
Elemen leksikom menyangkut pemilihan
diksi. Pemilihan diksi telah diketahui dapat mengeskspresikan idiologi maupun
persuai, sebagaimana yang terjadi pada “terrorist” dan “freedomfighter”.
Bagaimana aktor yang sama digambarkan dengan dua diksi yang berbeda
berimplikasi pada pemahaman pembaca tenteng aktor tersebut.
4) Elemen
Retorik
Elemen ritorik menyangkut penggunaan
repetisi, alitersi, metafora yang dapat berfungsi sebagai “idiologi control”
manakalah sebuah informasi yang kurang baik tentang aktor tertentu dibuat
kurang mencolok sementara informasi tentang aktor lain ditekankan. Dengan kata
lain, retorik ini digunakan untuk memberi penekanan posifif atau negatif
terhadap aktor atau peristiwa dalam berita.
a. Grafis
Elemem ini merupakan bagian untuk
memberikan apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting)
oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam berita elemen grafis ini
biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat berbeda dibandingkan tulisan
lain, seperti pemakian huruf tebal, huruf miring, garis bawah, huruf dengan
ukuran lebih besar,termasuk pemakian caption, raster, grafik, gambar, foto dan
tabel untuk mendukung pesan. Pemakian angka-angka dalam berita
diantaranyadigunakan untuk menyugestikan kebenaran, ketelitian, dan posisi dara
suatu laporan. Pemakian jumlah, ukuran statistik menurut Van Dijk (dalam
Eriyanto, 2006:258) bukan semata bagian dari standar jurnalistik, melainkan
juga menyugestikan presisi dari apa yang hendak dikatakan dalam teks.
b. Metafora
Dalam suatu wacana, seorang wartawan
tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan,ungkapan,
metafora yang dimaksudkan sebagian ornamen atau bumbuu dari suatu berita. Akan
tetapi, pemakian metafora tertentu bisa jadi pakian oleh wartawan secara
strategi sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atas pendapat tertentu
kepada publik. Penggunaan ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah
leluhur, kata-kata kuno, bahkan ungkapan ayat suci dipakai untuk memperkuat
pesan utama.
Metode
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif
dengan tujuan untuk mendeskripsikan suaatu hal dengan cara pengumpulan data Penelitian kualitatif menggunakan metode pengumpulan data secara
kualitatif yaitu pengamatan (Moleong, 2011: 9).Penelitian deskriptif berusaha memberikan
penyelesaian masalah berdasarkan data-data.
Deskriptif merupakan metode yang bertujuan membuat deskriptif
berupa gambaran, lukisan secara otomatis, faktual, dan akurat mengenai data,
sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti (Djasudarma, 2010:
9). Penelitian ini
mengambil sumber data berupa artikel-artikel dari suara net. Com dengan tema
yang sama. Yakni keutuhan rumah tangga bila perselingkuhan ketahuan, jika
ketahuan, komitmen memaafkan. Data penelitian ini adalah semua frasa,
klausa kalimat, dan paragraf. Teknik
pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Analisis data dalam
penelitian ini bersifat analisis induktif berdasarkan fakta-fakta yang
ditemukan dilapangan kemudian dikonstruksikan menjadi sebuah teori (Sugiyono,
2008:15).
Hasil
Deskripsi Data
Pergaulan Bebas Remaja Akibat Tekanan Orangtua
SALAH satu faktor yang menyebabkan
pergaulan bebas di kalangan remaja karena adanya tekanan dari orangtua, kata
Wakil Bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Muslimatun.
"Banyak kasus
remaja hamil di luar nikah yang terjadi menjelang ujian nasional mengakibatkan
anak tidak dapat mengikuti ujian," kata Sri Muslimatun, Sabtu.
Menurut dia, tekanan secara terus
menerus mengakibatkan anak menjadi kurang pergaulan.
"Kasus pergaulan bebas saya amati
malah lebih banyak menyerang anak yang cerdas secara intelektual. Orangtua
diminta membekali anak-anak dengan kecerdasan emosional dan spiritual,"
katanya.
Ia mengatakan, bila dilihat dari
struktur penduduk Kabupaten Sleman, kurang lebih 21 persen dari jumlah penduduk
merupakan generasi muda.
Oleh karena itu,
katanya, Pemerintah Kabupaten Sleman memiliki tugas untuk membina generasi muda
penerus ini dengan memberikan ruang untuk memacu kreativitas para remaja agar
selalu melakukan kegiatan yang positif.
"Pemahaman
generasi muda dan remaja terhadap kesehatan reproduksi harus dimulai dengan
penanaman nilai-nilai positif pada para remaja. Pengenalan kesehatan
reproduksi pada remaja menjadi bekal penting generasi penerus tersebut untuk
mengarungi masa depannya," katanya.
Sri Muslimatun
mengatakan peran keluarga sangat penting karena remaja masih dalam pembinaan
dan pengasuhan orangtua, dimana pembentukan karakter remaja dimulai dari
keluarga.
"Sehubungan
dengan hal tersebut pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Pusat
Konfirmasi dan Konseling Remaja (PIK-R) dapat membantu orangtua dalam memahami
remaja, permasalahan remaja, dan cara berkomunikasi dengan remaja.
"Hingga
2015 jumlah BKR di Kabupaten Sleman tercatat sebanyak 154. sedangkan PIK-R
sebanyak 112 yang terdiri dari 31 PIK-R jalur sekolah dan 81 PIK-R jalur
nonsekolah," katanya.
Ketua BKR
Sembadra Dusun Karang Kalasan, Sleman Zubaedah mengatakan kegiatan BKR yang
dilakukan di Dusun Karang adalah penyuluhan seputar masalah remaja dengan
sasaran anak remaja dan keluarga yang memiliki anak remaja.
"Anak-anak
remaja kami juga telah melakukan deklarasi untuk menikah bagi anak laki-laki
minimal usia 25 tahun dan untuk anak perempuan minimal usia 21 tahun,"
katanya. (Ant)
Analisis
Data
Kajian analisa
1. Struktur
Makro (Tema)
Temanya
adalah pergaulan bebas anak remaja akibat adanya tekanan dari orangtua.
2. Superstruktur
(Tematik/ kerangka susunan)
a. Pendahuluan
Awal berita menampilkan seorang pejabat pemerintahan daerah Wakil Bupati Sleman Sri
Muslimatun dengan kutipan kalimat "Banyak
kasus remaja hamil di luar nikah yang terjadi menjelang ujian nasional
mengakibatkan anak tidak dapat mengikuti ujian," kata Sri Muslimatun,
b. Isi
- Faktor terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja.
- Banyaknya kasus hamil diluar nikah pada saat menjelang UN.
- Pemerintah
Kabupaten Sleman memiliki tugas untuk membina generasi muda
- Pertimbangan
aspirasi penulis
c. Penutup
Dalam wacana
ini diakhiri dengan deklarasi untuk menikah bagi anak
laki-laki minimal usia 25 tahun dan untuk anak perempuan minimal usia 21 tahun.
3. Struktur
Mikro
Struktur
mikro yang menunjuk pada makna setempat (local meaning) suatu wacana dapat
digali dari aspek semantik, sintaksis, stilistika, dan retorika.
· Detail
Adanya
penonjolan informasi berita mengenai pergaulan
bebas dikalangan remaja. Mulai dari kasus hamil
diluar nikah menjelang Ujian Nasional hingga deklarasi
untuk menikah bagi anak laki-laki minimal usia 25 tahun dan untuk anak
perempuan minimal usia 21 tahun.
c. Struktur
Mikro Stilistik (pilihan kata yang dipakai)
- Kata-kata
Sosial, seperti Bina Keluarga Remaja (BKR), Pusat Konfirmasi dan
Konseling Remaja (PIK-R).
d. Struktur
Mikro Retorika
Aspek retorika
suatu wacana menunjuk pada siasat dan cara yang digunakan oleh pelaku wacana
untuk memberikan penekanan pada unsur-unsur yang ingin ditonjolkan.
Dalam pemberitaan
di atas ada bebera siasat dan cara yang digunakan, diantaranya:
- Menonjolkan
masalah pergaulan bebas akibat dari tekanan orangtua.
Simpulan
Analisis
wacana ini di lakukan sebagai
upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek (penulis) yang mengemukakan
suatu pernyataan. Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi
sang penulis yang mengikuti struktur makna dari sang penulis sehingga bentuk
distribusi dan produksi ideologi yang disamarkan dalam wacana dapat diketahui.
Jadi, wacana dapat dilihat dari bentuk hubungan kekuasaan terutama dalam
pembentukan subjek dan berbagai tindakan representasi.
Analisis
dengan menggunakan teori Van Djik ini membantu untuk mengamati bagaimana suatu teks
terbangun oleh elemen-elemen yang lebih kecil. Skema ini juga memberikan peta
untuk mempelajari suatu teks. Kita tidak hanya mengerti apa isi dari suatu teks
berita, tetapi juga elemen yang membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraf,
dan proposisi. Kita tidak hanya mengetahui apa yang diliput oleh media, tetapi
juga bagaimana media mengungkapkan peristiwa kedalam pilihan bahasa tertentu
dan bagaimana itu diungkapkan lewat retorika tertentu.
Berdasarkan analisis data mengenai teks pemberitaan “Pergaulan Bebas Remaja Akibat Tekanan Orangtua” oleh Harian Analisa edisi Jum’at 15 April 2016 dapat di simpulkan bahwa terdapat tiga elemen sesuai dengan kajian dari Van Djik yaitu struktur makro, superstruktur, dan mikro.
Daftar Pustaka
Analisa,
Harian. 15 April 2016. Pergaulan Bebas
Remaja Akibat Tekanan Orangtua,(Online), (http://harian.analisadaily.com/wanita-dan-keluarga/news/pergaulan-bebas-remaja-akibat-tekanan-orangtua/229929/2016/04/15
diakses 2 Juli 2017)
Aprilia, Zendy. 12 Juni 2015. Analisis wacana teori Van Djik . (Online), (http://zendyaprilia.blogspot.co.id/2015/06/analisis-wacana-teori-van-djik.html diakses 2 Juli 2017)
Djajasudharma, Fatimah. 2010. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian.bandung :
PT Refika Aditama.
Mertia, Evidanika Nifa, dkk. Hubungan
Antara Pengetahuan Seksualitas dan Kualitas Komunikasi Orangtua dan Anak dengan
Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Siswa – Siswi MAN Gondangrejo Karanganyar.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan
(pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Trisdiana, Yulia. 11 Juni 2015. Analisis
Wacana Berdasarkan Teori Teun A. Van Dijk. (Online), (http://yullieatrissdhianna.blogspot.co.id/2015/06/analisis-wacana-berdasarkan-teori-teun.html
diakses 2 Juli 2017)